Sanggit, Apakah Itu?
Sanggit sudah tidak asing lagi bagi telinga penggemar wayang, yang bisa diartikan sebagai ciri khas seorang dalang dalam membawakan cerita tertentu. Dalang A dan dalang B dalam sajiannya akan berbeda meskipun mereka menyajikan satu lakon. Kadang juga dalang A dalam membawakan lakon yang sama tetapi dipentaskan beberapa kali ditempat yang berbeda juga akan berbeda dalam sajiannya. Karena memang pertunjukan wayang itu sangat kontekstual.
Perkembangan jaman menuntut kreatifitas seorang dalang sebagai pelaku seni dalam pertunjukkan wayang. Kreatifitas adalah merupakan sistem atau cara kerja dalang, maka kreatifitas dapat dibagi menjadi dua bagian, dalam hal ini Jlitheng Suparman berpendapat bahwa secara sistematik, wujud kreativitas dalang terdiri dari dua dimensi: konsep dan implementasi konsep. Sanggit adalah konsep yang disusun di bawah panggung berupa teks (balungan lakon dan atau naskah). Implementasi konsep adalah tafsir teks dalam bentuk sajian yang disebut “cak pakeliran” Bangunan teks (sanggit atau konsep cerita/lakon) atau disebut struktur cerita terdiri dari unsur-unsur substansial berupa tema, amanat, alur/plot, setting, dan penokohan. Implementasi teks atau sanggit disebut “cak pakeliran” yakni penyajian atau tafsir sanggit melalui perangkat ekspresi berupa: catur, sabet dan gendhing. Pengolahan dari ketiga perangkat ekspresi tersebut menghasilkan sebuah nuansa ekspresi berupa: sem, nges, greget, dan regu. Lebih jelasnya bahwa sanggit merupakan salah satu kinerja dalang dalam menyusun sebuah naskah (naskah wayang). Naskah ini bisa berbentuk balungan lakon atau naskah utuh. Balungan lakon hanya terdiri dari struktur adegan atau plot-plotnya, sedangkan naskah utuh adalah sudah menjelaskan sajiannya secara menyeluruh. Artinya sanggit merupakan langkah awal dalang sebelum melakukan pementasan. Dengan adanya sanggit, maka akan tercipta (timbul) ilustrasi untuk musik dan sabet. Artinya sanggit merupakan elemen dari totalitas pertunjukan wayang tersebut. Dengan sanggit kemudian musik bisa berbicara dengan mediumnya yang sifatnya memberikan ilustrasi baik dengan mengkaji penokohan (pengkharakteran) atau suasana adegan yang diharapkan. Dalang bisa menciptakan style sabet yang sesuai dengan sanggit yang dibuat. Mungkin juga bisa disebut sanggit merupakan kunci dari sistematis pertunjukan wayang. Oleh karena sanggit merupakan elemen dari keseluruhan sajian, maka dalam pembuatan sanggit sangat perlu perenungan-perenungan secara matang, dengan memperhatikan alur cerita, dramatikalnya dan setting atau situasi. Adapun perangkat kerja dalam penggarapan sebuah sanggit, atau langkah-langkahnya sebagai berikut:
- Daya imajinasi adalah lebih dikarenakan cerita wayang itu bersifat fiktif atau khayalan. Bukan sekedar mensitir kisah nyata, tetapi lebih dalam keliaran berfikir khayalan, sehingga tidak nampak atau semu.
- Kepekaan intuisi adalah kepekaan rasa dan nalar kita terhadap peristiwa-peristiwa sekeliling kita kekinian sehingga realitas itu menjadi materi tematik maupan sebagai muatan kisah nantinya. Kepekaan intuisi ini bisa dicapai kalau jaman nenek moyang dahulu dengan cara laku brata.
- Intelektualitas adalah khasanah ilmu pengetahuan, kemampuan analisis persoalan dan kemampuan meramu antara pembayangan, realitas kekinian dan materi ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan khasanah cerita wayang yang ada. Jika tiga instrumen tersebut berjalan maka akan terumuskan sebuah sanggit yang secara struktural berkualitas/menarik dan kontekstual.
Disarikan dari : http://poswayang.wordpress.com/2011/04/29/pengertian-sanggit-dan-kerjanya/
Demikianlah sedikit tentang arti kata Sanggit. Sehingga mungkin telah jelaslah mengapa kami menamai diri dengan Sanggit Citra Films :D
Terimakasih
No comments: