Konsep Film Pendek Tancep Kayon

12:24 PM
Film ini adalah konsep lama yang sudah digagas sejak sekitar tahun 2009, saat penulis masih bekerja di production house sebelum SCF.


PROLOG

 Kayon: lambang gunung, lambang hutan, isyarat untuk awal, isyarat untuk penutup. Dari jauh bentuk itu mirip sebuah siluet segi tiga di bawah cahaya. Tapi dari dekat akan kelihatan di gunungan itu tersembunyi (dalam ukiran yang renik) pohon-pohon rindang dengan cabang yang merangkul dan pucuk yang tinggi menyembul. Ada sebuah gapura dengan tempat kunci berbentuk teratai. Ada sepasang raksasa bersenjata yang tegak simetris. Ada harimau, banteng, kera, burung merak dan burung-burung lain. Juga wajah seram banaspati. 
Dengan kata lain, di gunungan itu tersimpan bermacam hal, tapi bertaut dalam satu misteri, sesuatu yang angker, tapi juga teduh: sebuah wilayah kehidupan yang lain. Ketika arena di luarnya memaparkan kisah intrik, nafsu, dan perang yang tak henti-hentinya, di kerimbunan yang agung itu hidup berlangsung anteng dan syahdu. Dalam kayon, waktu yang mengalir detik demi detik seakan-akan tak ada lagi. Di dalam gunungan, arus menit dan jam seakan-akan diinterupsi dan distop. Segala hal seakan-akan berada di luar waktu.

Goenawan Muhamad
sumber : Catatan Pinggir ~Majalah Tempo, Edisi. 50/XXXVI/04 - 10 Februari 2008~
Sebuah sketsa kisah seorang ’dhalang sepuh’ dan ’wayangnya’ yang masih setia dengan ’pakemnya’. Sebuah kisah perjalanan hidup yang getir namun terasa teduh ketika kita menyaksikannya.

Film yang mencoba merefleksi lagi filosofi budaya Jawa di tengah arus kehidupan yang semakin menyebar dan tak menentu.

Film yang akan berkisah tentang garis hidup dan keterikatan hati seorang dhalang dengan wayangnya yang kemudian mampu menghadirkan dialog-dialog dan konflik-konflik.


Sudah saatnya kita bertanya pada diri kita sendiri, sejauh mana kesetiaan kita terhadap ’our culture mother’ yang telah melahirkan kita dan sikap terhadap sebuah realita jaman, waktu dan kisah hidup yang telah digariskan.

SEMAR (TOKOH WAYANG-PROTAGONIS)

MAYA adalah sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.

Yang ada itu sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.
Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.

Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:

1. tidak pernah lapar
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan

Kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.

SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi.

Herjaka

Semar adalah personifikasi dan sekaligus penasehat spiritual sang dhalang. Semar adalah kebijaksanaan yang bercirikan kesederhanaan.

DURNA (TOKOH WAYANG-ANTAGONIS)


RESI DRONA atau Durna yang waktu mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama ;  Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.

Resi Drona berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).

Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.

Dalam peran  Bharatayuda Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung   Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumna, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumna.

No comments:

Powered by Blogger.