Konsep Film Pendek Tancep Kayon
Film ini adalah konsep lama yang sudah digagas sejak sekitar tahun 2009, saat penulis masih bekerja di production house sebelum SCF.
PROLOG
Kayon: lambang gunung, lambang hutan, isyarat untuk
awal, isyarat untuk penutup. Dari jauh bentuk itu mirip sebuah siluet segi tiga
di bawah cahaya. Tapi dari dekat akan kelihatan di gunungan itu tersembunyi (dalam ukiran yang renik) pohon-pohon
rindang dengan cabang yang merangkul dan pucuk yang tinggi menyembul. Ada
sebuah gapura dengan tempat kunci berbentuk teratai. Ada sepasang raksasa
bersenjata yang tegak simetris. Ada harimau, banteng, kera, burung merak dan
burung-burung lain. Juga wajah seram banaspati.
Dengan kata lain, di gunungan itu
tersimpan bermacam hal, tapi bertaut dalam satu misteri, sesuatu yang angker,
tapi juga teduh: sebuah wilayah kehidupan yang lain. Ketika arena di luarnya
memaparkan kisah intrik, nafsu, dan perang yang tak henti-hentinya, di
kerimbunan yang agung itu hidup berlangsung anteng dan syahdu. Dalam kayon, waktu yang mengalir detik demi
detik seakan-akan tak ada lagi. Di dalam gunungan,
arus menit dan jam seakan-akan diinterupsi dan distop. Segala hal seakan-akan
berada di luar waktu.
Goenawan Muhamad
sumber : Catatan Pinggir ~Majalah Tempo, Edisi. 50/XXXVI/04 - 10 Februari 2008~
sumber : Catatan Pinggir ~Majalah Tempo, Edisi. 50/XXXVI/04 - 10 Februari 2008~
Sebuah sketsa kisah seorang ’dhalang sepuh’ dan ’wayangnya’ yang masih
setia dengan ’pakemnya’. Sebuah kisah perjalanan hidup yang getir namun terasa
teduh ketika kita menyaksikannya.
Film yang mencoba merefleksi lagi filosofi budaya Jawa di tengah arus
kehidupan yang semakin menyebar dan tak menentu.
Film yang akan berkisah tentang garis hidup dan keterikatan hati seorang
dhalang dengan wayangnya yang kemudian mampu menghadirkan dialog-dialog dan
konflik-konflik.
Sudah saatnya kita bertanya pada diri kita sendiri, sejauh mana kesetiaan
kita terhadap ’our culture mother’ yang telah melahirkan kita dan sikap
terhadap sebuah realita jaman, waktu dan kisah hidup yang telah digariskan.
SEMAR (TOKOH WAYANG-PROTAGONIS)
MAYA adalah
sebuah cahaya hitam. Cahaya hitam tersebut untuk menyamarkan segala sesuatu.
Yang ada itu
sesungguhnya tidak ada.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.
Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.
Yang sesungguhnya ada, ternyata bukan.
Yang bukan dikira iya.
Yang wanter (bersemangat) hatinya, hilang kewanterane (semangatnya), sebab takut kalau keliru.
Maya, atau Ismaya, cahaya hitam, juga disebut SEMAR artinya tersamar, atau tidak jelas.
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi
anugerah mustika manik astagina, yang
mempunyai 8 daya, yaitu:
1. tidak pernah lapar
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan
Kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.
1. tidak pernah lapar
2. tidak pernah mengantuk
3. tidak pernah jatuh cinta
4. tidak pernah bersedih
5. tidak pernah merasa capek
6. tidak pernah menderita sakit
7. tidak pernah kepanasan
8. tidak pernah kedinginan
Kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung. Semar atau Ismaya, diberi beberapa gelar yaitu; Batara Semar, Batara Ismaya, Batara Iswara, Batara Samara, Sanghyang Jagad Wungku, Sanghyang Jatiwasesa, Sanghyang Suryakanta. Ia diperintahkan untuk menguasai alam Sunyaruri, atau alam kosong, tidak diperkenankan menguasi manusia di alam dunia.
SEMAR adalah sebuah misteri, rahasia Sang Pencipta. Rahasia tersebut akan
disembunyikan kepada orang-orang yang egois, tamak, iri dengki, congkak dan
tinggi hati, namun dibuka bagi orang-orang yang sabar, tulus, luhur budi dan
rendah hati. Dan orang yang di anugerahi Sang Rahasia, atau SEMAR, hidupnya
akan berhasil ke puncak kebahagiaan dan kemuliaan nan abadi.
Herjaka
Semar adalah personifikasi dan sekaligus penasehat spiritual sang dhalang.
Semar adalah kebijaksanaan yang bercirikan kesederhanaan.
DURNA (TOKOH WAYANG-ANTAGONIS)
RESI DRONA atau Durna yang waktu
mudanya bernama Bambang Kumbayana adalah putra Resi Baratmadya dari
Hargajembangan dengan Dewi Kumbini. Ia mempunyai saudara seayah seibu bernama
; Arya Kumbayaka dan Dewi Kumbayani.
Resi Drona berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumna, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumna.
Resi Drona berwatak; tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar baisa serta sangat mahir dalam siasat perang. Karena kesaktian dan kemahirannya dalam olah keprajuritan, Drona dipercaya menjadi guru anak-anak Pandawa dan Kurawa. Ia mempunyai pusaka sakti berwujud keris bernama Cundamanik dan panah Sangkali (diberikan kepada Arjuna).
Resi Drona menikah dengan Dewi Krepi, putri Prabu Purungaji, raja negara Tempuru, dan memperoleh seorang putra bernama Bambang Aswatama. Ia berhasil mendirikan padepokan Sokalima setelah berhasil merebut hampir setengah wilayah negara Pancala dari kekuasaan Prabu Drupada.
Dalam peran Bharatayuda Resi Drona diangkat menjadi Senapati Agung Kurawa, setelah gugurnya Resi Bisma. Ia sangat mahir dalam siasat perang dan selalu tepat menentukan gelar perang. Resi Drona gugur di medan pertempuran oleh tebasan pedang Drestadyumna, putra Prabu Drupada, yang memenggal putus kepalanya. Konon kematian Resi Drona akibat dendam Prabu Ekalaya raja negara Parangggelung yang arwahnya menyatu dalam tubuh Drestadyumna.
No comments: